
mostmetro.net – Kalau bicara soal kecelakaan nuklir, orang biasanya langsung ingat Chernobyl atau Fukushima. Tapi sebenarnya ada satu tragedi lain yang juga sempat bikin dunia deg-degan. Namanya tragedi Three Mile Island. Kejadian ini terjadi di Amerika Serikat, tepatnya di Pennsylvania, pada akhir Maret 1979. Walaupun tidak menelan korban jiwa secara langsung, peristiwa ini menjadi titik balik penting dalam sejarah industri tenaga nuklir.
Baca Juga: Erupsi Gunung La Soufrière: Saat Alam Menunjukkan Kekuasaannya
Latar Belakang Reaktor di Three Mile Island
Three Mile Island adalah nama sebuah pulau kecil di Sungai Susquehanna. Di sinilah berdiri fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir yang dikelola oleh Metropolitan Edison Company. Reaktor Unit 1 mulai beroperasi sejak tahun 1974. Beberapa tahun kemudian, Unit 2 juga mulai digunakan. Nah, tragedi Three Mile Island terjadi di Unit 2, yang sebenarnya masih relatif baru saat itu.
Energi Nuklir yang Lagi Naik Daun
Di tahun 70-an, energi nuklir dianggap sebagai salah satu solusi masa depan. Amerika sedang berjuang menghadapi krisis energi, dan tenaga nuklir dipromosikan sebagai cara bersih dan efisien untuk memenuhi kebutuhan listrik. Banyak reaktor baru mulai dibangun. Three Mile Island termasuk dalam gelombang pembangunan reaktor yang penuh semangat itu. Sayangnya, semangat tersebut akhirnya sedikit meredup setelah tragedi yang tak terduga.
Baca Juga: Gempa Lombok 2018: Tragedi dan Dampaknya
Kronologi Tragedi Three Mile Island
Tanggal 28 Maret 1979, sekitar pukul 4 pagi, sebuah kejadian teknis kecil terjadi di Unit 2. Awalnya, hanya katup pelepas tekanan yang tidak menutup sebagaimana mestinya. Tapi karena sistem alarm dan informasi di ruang kontrol membingungkan, operator justru mengambil keputusan yang salah.
Kombinasi Error Manusia dan Kegagalan Sistem
Kesalahan tidak hanya datang dari teknologi, tetapi juga dari manusia. Dalam tragedi Three Mile Island, banyak yang menyoroti bagaimana kesalahan operator memperparah situasi. Operator sempat mematikan sistem pendingin darurat, yang sebenarnya sangat dibutuhkan pada saat itu. Akibatnya, suhu dalam reaktor naik drastis dan menyebabkan sebagian bahan bakar nuklir meleleh. Ini adalah situasi yang disebut “partial meltdown.”
Reaktor Panas dan Kepanikan Meluas
Walaupun hanya sebagian bahan bakar yang meleleh, kepanikan segera menyebar. Warga sekitar mulai mendengar kabar soal tragedi Three Mile Island dan ancaman radiasi. Tidak ada ledakan besar atau kobaran api, tapi ketegangan di udara terasa nyata. Pemerintah dan pihak operator pun mencoba meredam kepanikan dengan berbagai cara. Namun informasi yang simpang siur membuat rasa khawatir tetap membayangi.
Dampak Langsung dan Isu Radiasi
Salah satu pertanyaan besar saat itu adalah, apakah radiasi bocor keluar dari fasilitas dan mengancam kesehatan masyarakat? Pemerintah federal, melalui Komisi Regulasi Nuklir (NRC), langsung turun tangan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, radiasi yang keluar ke lingkungan disebut masih dalam batas aman. Tapi tetap saja, ketakutan dan trauma sudah terlanjur menyebar.
Evakuasi dan Ketidakpastian
Beberapa hari setelah tragedi Three Mile Island, sekitar 140 ribu orang dari daerah sekitar meninggalkan rumah mereka secara sukarela. Pemerintah sempat menyarankan wanita hamil dan anak-anak untuk menjauh sejauh 8 kilometer dari lokasi reaktor. Meskipun tidak ada perintah evakuasi massal, suasana tetap mencekam. Banyak orang memilih pergi karena tidak ingin ambil risiko.
Pengaruh Psikologis yang Dalam
Walaupun paparan radiasi tidak tinggi, efek psikologis dari tragedi Three Mile Island begitu besar. Rasa khawatir akan penyakit akibat radiasi, seperti kanker, terus menghantui warga yang tinggal di sekitar fasilitas. Bahkan bertahun-tahun setelahnya, masih banyak perdebatan soal dampak kesehatan jangka panjang dari peristiwa ini.
Respons Pemerintah dan Perubahan Kebijakan Nuklir
Tragedi ini menjadi momen refleksi besar bagi pemerintah Amerika Serikat. Presiden Jimmy Carter, yang juga mantan insinyur nuklir, langsung mengunjungi lokasi untuk menunjukkan bahwa situasi terkendali. Tapi jelas, kepercayaan publik terhadap tenaga nuklir mulai goyah.
Pemeriksaan Ulang Sistem dan Prosedur
Setelah tragedi Three Mile Island, pemerintah melakukan evaluasi besar-besaran terhadap prosedur keselamatan reaktor. Sistem alarm di ruang kontrol diperbarui agar lebih mudah dipahami. Operator reaktor mulai diwajibkan mengikuti pelatihan yang lebih ketat dan intensif. Salah satu hasil dari evaluasi ini adalah pembentukan Institute of Nuclear Power Operations (INPO), sebuah lembaga yang bertugas meningkatkan keselamatan dan kinerja pembangkit listrik tenaga nuklir.
Moratorium Tidak Resmi
Walau tidak ada larangan resmi, pembangunan reaktor nuklir baru di Amerika Serikat praktis terhenti setelah tragedi ini. Tidak ada reaktor baru yang disetujui selama lebih dari 30 tahun setelah kejadian. Industri nuklir mengalami masa stagnasi yang cukup lama, dan kepercayaan publik sulit dipulihkan sepenuhnya.
Tragedi Three Mile Island dan Dunia Internasional
Kejadian ini tidak hanya berdampak di Amerika, tapi juga membuka mata dunia tentang risiko penggunaan energi nuklir. Negara-negara lain mulai mengevaluasi ulang proyek nuklir mereka. Jepang, Jerman, dan beberapa negara Eropa memperketat standar keselamatan. Tragedi ini juga menjadi bahan pembelajaran penting di dunia akademis dan teknis.
Industri Nuklir Jadi Bahan Perdebatan
Peristiwa ini memicu diskusi panjang soal masa depan energi nuklir. Pendukungnya mengatakan bahwa energi nuklir tetap penting karena bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Tapi penentangnya menilai risiko yang ditimbulkan terlalu besar. Tragedi Three Mile Island pun menjadi simbol dari ketakutan dan harapan terhadap teknologi tinggi yang belum sepenuhnya dipahami.
Referensi untuk Kecelakaan Nuklir Lainnya
Saat kecelakaan Chernobyl terjadi pada tahun 1986, dan Fukushima pada 2011, tragedi Three Mile Island sering dibandingkan dengan dua peristiwa itu. Meskipun dampaknya lebih kecil, pengalaman Three Mile Island membantu membentuk panduan krisis dan kebijakan darurat di berbagai negara. Dunia belajar bahwa komunikasi yang jujur dan transparan sangat penting saat menghadapi situasi nuklir.
Media dan Budaya Populer
Tragedi ini juga menjadi inspirasi di dunia hiburan. Sebuah film berjudul The China Syndrome dirilis hanya dua minggu sebelum kejadian nyata di Three Mile Island. Film ini menceritakan insiden di pembangkit nuklir fiktif dan sempat dianggap terlalu dramatis. Tapi ketika peristiwa nyata terjadi, publik melihat film tersebut sebagai semacam ramalan yang menyeramkan.
Ketidakpercayaan Terhadap Teknologi
Dari sisi budaya, tragedi Three Mile Island memperkuat rasa tidak percaya terhadap teknologi tinggi yang dianggap terlalu kompleks dan penuh risiko. Banyak warga biasa yang tadinya tidak terlalu memperhatikan isu energi, tiba-tiba menjadi vokal menentang pembangunan reaktor nuklir. Muncul pula berbagai kelompok lingkungan hidup yang mengusung gerakan anti-nuklir secara global.
Warisan dan Pelajaran dari Tragedi Three Mile Island
Hari ini, tragedi Three Mile Island masih sering dibahas dalam diskusi tentang energi dan keselamatan nuklir. Meskipun reaktor Unit 2 sudah dinonaktifkan, sisa-sisa tragedi itu tetap ada dalam ingatan kolektif masyarakat Amerika.
Perubahan Cara Pandang terhadap Energi
Satu hal yang pasti, tragedi ini membuat orang semakin berhati-hati dalam memanfaatkan energi nuklir. Bukan berarti nuklir ditolak mentah-mentah, tapi pendekatannya kini jauh lebih ketat dan penuh perhitungan. Dunia menjadi lebih sadar bahwa keamanan tidak boleh diabaikan dalam pencarian solusi energi.
Three Mile Island Hari Ini
Pada tahun 2019, reaktor Unit 1 di Three Mile Island juga resmi ditutup karena sudah tidak lagi ekonomis untuk dijalankan. Penutupan ini menandai berakhirnya operasional di fasilitas yang dulunya dianggap sebagai simbol kemajuan teknologi. Kini, Three Mile Island lebih sering disebut dalam buku sejarah ketimbang laporan industri energi.