mostmetro.net – Sungai Yangtze, yang juga dikenal sebagai Chang Jiang, adalah sungai terpanjang di Asia dan ketiga terpanjang di dunia setelah Sungai Nil dan Amazon. Sungai ini membentang sepanjang 6.300 kilometer dari sumbernya di Pegunungan Tanggula, Tibet, hingga bermuara di Laut Cina Timur. Sungai Yangtze merupakan jalur air vital bagi Tiongkok, mendukung kehidupan lebih dari 400 juta penduduk di sekitarnya dan menjadi pusat pertanian, perikanan, serta transportasi. Namun, Sungai Yangtze juga memiliki sejarah panjang yang dipenuhi oleh banjir besar yang menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa.
Artikel ini akan membahas sejarah banjir Sungai Yangtze, dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan, serta upaya-upaya mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok untuk mengurangi risiko banjir.
Baca Juga: Susu Ikan: Kegunaan, Manfaat, dan Prospek Masa Depan
Sejarah Banjir Sungai Yangtze
Sungai Yangtze memiliki sejarah panjang sebagai sumber banjir yang merusak. Banjir di daerah aliran Sungai Yangtze sering terjadi karena curah hujan yang tinggi, terutama selama musim hujan, serta topografi dan kondisi geologi daerah tersebut. Salah satu banjir paling terkenal yang terjadi di Sungai Yangtze adalah banjir tahun 1931, yang tercatat sebagai salah satu bencana banjir paling mematikan dalam sejarah manusia.
Banjir 1931
Banjir besar yang terjadi pada tahun 1931 di Sungai Yangtze disebut-sebut sebagai salah satu bencana alam terbesar di abad ke-20. Banjir ini melanda Tiongkok pada bulan Juni hingga Agustus 1931, yang dipicu oleh curah hujan ekstrem serta melebihi kapasitas daya tampung sungai. Selain hujan, salju yang mencair dengan cepat dari pegunungan serta badai tropis yang menerjang wilayah tersebut memperparah situasi.
Akibat dari banjir 1931 ini sangat dahsyat. Diperkirakan bahwa lebih dari 145.000 kilometer persegi tanah tergenang air, dan sekitar lebih dari 2 juta orang kehilangan nyawa akibat banjir, baik langsung maupun dari penyakit, kelaparan, dan situasi kesehatan yang buruk setelah banjir. Sejumlah besar infrastruktur, seperti rumah, lahan pertanian, dan jalan, hancur total. Dampak ekonomi dan sosial dari bencana ini berlangsung selama bertahun-tahun, menjadikannya salah satu tragedi kemanusiaan terbesar.
Banjir 1954
Banjir lain yang sangat merusak di Sungai Yangtze terjadi pada tahun 1954. Banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi selama musim panas, dan diperkirakan sekitar 33 juta orang terdampak langsung. Pemerintah Tiongkok saat itu mencatat lebih dari 30.000 korban jiwa, meskipun angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Banjir ini juga menghancurkan lebih dari 18 juta rumah dan menggenangi area pertanian yang luas, menyebabkan krisis pangan di beberapa wilayah.
Banjir tahun 1954 ini mempercepat upaya pemerintah Tiongkok untuk memperbaiki sistem pengendalian banjir di sepanjang Sungai Yangtze. Pembangunan bendungan, tanggul, dan sistem kanal mulai digencarkan guna mengurangi risiko banjir di masa mendatang.
Banjir 1998
Salah satu banjir Sungai Yangtze yang paling signifikan di era modern terjadi pada tahun 1998. Banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang ekstrem selama bulan Juni hingga Agustus, yang mengakibatkan sungai meluap di banyak bagian sepanjang aliran Yangtze. Lebih dari 4.000 orang tewas dalam banjir tersebut, dan lebih dari 15 juta orang kehilangan tempat tinggal. Sekitar 25 juta hektar lahan pertanian terendam air, mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar dan kelaparan bagi jutaan penduduk.
Pemerintah Tiongkok segera menyadari bahwa upaya pengendalian banjir yang ada tidak cukup memadai untuk menangani bencana sebesar ini. Banjir 1998 menjadi pendorong utama bagi pembangunan Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam) yang telah lama direncanakan.
Baca Juga: Asiabigbet : Manchester United Versus Southampton Malam ini
Dampak Banjir Sungai Yangtze
Banjir Sungai Yangtze selalu membawa dampak yang menghancurkan, baik dari segi korban jiwa, kerugian ekonomi, maupun kerusakan lingkungan. Beberapa dampak utama dari banjir ini antara lain:
- Korban Jiwa dan Pemindahan Penduduk: Banjir besar di Sungai Yangtze seringkali menyebabkan ratusan hingga jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Banyak dari mereka harus mengungsi ke tempat yang lebih aman, dan kondisi pengungsian sering kali memperburuk masalah kesehatan seperti penyakit menular dan kekurangan gizi.
- Kerusakan Infrastruktur: Infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, rumah, dan fasilitas publik seringkali rusak atau hancur akibat banjir. Hal ini mempersulit proses pemulihan pasca-bencana dan memerlukan biaya besar untuk rekonstruksi.
- Kehancuran Lahan Pertanian: Sebagian besar penduduk di daerah aliran Sungai Yangtze bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian. Banjir yang menggenangi lahan pertanian dapat merusak tanaman dan menyebabkan krisis pangan, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan.
- Kerusakan Lingkungan: Banjir juga menyebabkan kerusakan besar terhadap lingkungan. Tanah longsor, erosi, dan hilangnya habitat alam bagi berbagai spesies adalah beberapa dampak lingkungan dari banjir di Sungai Yangtze. Selain itu, banjir besar juga membawa polusi ke aliran air dan mengganggu ekosistem sungai.Baca Juga: Sejarah Kekaisaran Shogun: Dominasi Militer dan Politik Jepang
Upaya Mitigasi dan Pengendalian Banjir
Sebagai respons terhadap banjir besar yang sering terjadi, pemerintah Tiongkok telah mengambil berbagai langkah untuk mengendalikan risiko banjir di sepanjang Sungai Yangtze. Beberapa langkah utama yang dilakukan antara lain:
1. Pembangunan Bendungan Tiga Ngarai
Salah satu proyek infrastruktur terbesar dalam sejarah manusia adalah Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam), yang terletak di bagian tengah Sungai Yangtze. Bendungan ini dibangun untuk mengendalikan aliran air Sungai Yangtze, mengurangi risiko banjir, serta menghasilkan listrik dari tenaga air.
Bendungan ini selesai dibangun pada tahun 2012 dan memiliki kapasitas untuk menampung lebih dari 22 miliar meter kubik air. Selain itu, bendungan ini juga menghasilkan tenaga listrik sebesar 22.500 MW, menjadikannya pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.
2. Pembangunan Tanggul dan Kanal
Sejak awal abad ke-20, pemerintah Tiongkok telah membangun ribuan kilometer tanggul di sepanjang Sungai Yangtze untuk mencegah banjir meluap ke pemukiman penduduk. Selain itu, sistem kanal dan drainase dibangun untuk membantu mengalirkan air hujan yang berlebihan selama musim hujan.
3. Penghijauan dan Pelestarian Ekosistem
Langkah lain yang diambil oleh pemerintah adalah melakukan penghijauan di sepanjang daerah aliran sungai dan kawasan perbukitan untuk mencegah erosi dan tanah longsor yang sering memperburuk dampak banjir. Selain itu, upaya pelestarian ekosistem sungai dilakukan untuk menjaga keseimbangan alam yang penting bagi pengendalian banjir.
4. Sistem Peringatan Dini
Pemerintah Tiongkok telah memasang sistem peringatan dini yang menggunakan teknologi satelit dan radar untuk memantau curah hujan dan aliran air di Sungai Yangtze. Sistem ini memungkinkan masyarakat dan pihak berwenang untuk mengantisipasi banjir dengan lebih cepat dan mengambil tindakan evakuasi jika diperlukan.
Baca Juga: Defisit: Memahami Konsep, Penyebab, dan Dampaknya dalam Ekonomi
Kesimpulan
Sungai Yangtze, dengan panjang dan kekuatan alirannya, membawa manfaat besar sekaligus ancaman bagi penduduk yang tinggal di sekitarnya. Banjir-banjir besar yang terjadi sepanjang sejarah telah menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit dan kerugian ekonomi yang besar. Namun, dengan adanya upaya mitigasi seperti pembangunan Bendungan Tiga Ngarai, tanggul, kanal, serta sistem peringatan dini, risiko banjir di Sungai Yangtze dapat dikendalikan dengan lebih baik. Meskipun demikian, perubahan iklim dan peningkatan curah hujan di masa depan dapat menjadi tantangan baru bagi pengelolaan banjir di wilayah ini.